Sabtu, 20 Agustus 2011

Optimisme di Tengah Kelesuan Dunia


KITA senang bahwa ketika menyampaikan pengantar nota keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan rasa optimismenya terhadap perekonomian kita. Di tengah kelesuan ekonomi dunia, Presiden memperkirakan perekonomian kita akan tumbuh dengan 6,3 persen.

Rasa optimisme penting untuk membuat kita lebih percaya diri. Hanya saja kemudian pekerjaan rumah yang harus kerjakan agar optimisme itu tidak hanya sekadar menjadi harapan kosong.

Begitu banyak kesempatan yang kita miliki untuk bisa lebih cepat lagi kita bergerak maju. Hanya kesempatan itu terbuang sia-sia, karena kita tidak mengerjakan pekerjaan rumah kita. Infrastruktur misalnya, tidak kunjung segera dibenahi.

Terutama pemerintah tidak banyak menyelesaikan pekerjaan rumah yang menjadi tanggung jawab mereka. Bahkan anggaran tidak dipergunakan secara efisien. Apalagi ketika partai-partai politik banyak mengorupsi anggaran pembangunan.

Kita semakin kaget melihat RAPBN 2012 ternyata gemuk untuk menyejahterakan birokrasi. Anggota DPR bertepuk tangan ketika Presiden menyampaikan akan adanya kenaikan gaji pegawai negeri sipil dan Tentara Nasional Indonesia serta polisi sebesar 10 persen.

Padahal yang dibutuhkan oleh negeri ini adalah anggaran pembangunan yang lebih besar. Bagaimana kita bisa meningkatkan produksi pangan agar 240 juta rakyat bisa memperoleh kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau. Bagaimana industri bisa didorong agar kita bisa mendapatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang dimiliki sekaligus membuka lapangan kerja bagi lebih banyak anggota masyarakat.

Dengan RAPBN yang lebih banyak habis untuk membiayai birokrasi, maka sulit bagi kita untuk memiliki pondasi yang kuat untuk memacu pertumbuhan. Bagaimana kita bisa mengharapkan peningkatan produksi pertanian, apabila anggaran riset tidak cukup memadai. Bagaimana kita berharap akan tersedia lapangan kerja cukup, apabila anggaran untuk pembangunan infrastruktur tidak merangsang tumbuhnya sektor industri.

Kita mengharapkan pemerintah lebih fokus untuk mendorong pembangunan. Anggaran yang dimiliki dipakai untuk sektor-sektor yang bisa memberikan efek pengganda (multiplier effect). Sebab tidaklah mungkin kita mengharapkan swasta untuk melakukan investasi di bidang-bidang tersebut.

Hukum besi dalam pembangunan, perdagangan akan mengikuti pertumbuhan jalan. Industri akan mengikuti pertumbuhan perdagangan. Perbankan akan mengikuti pertumbuhan industri. Untuk itulah kita tidak pernah bosan-bosan untuk mendorong pemerintah berani berinvestasi di bidang infrastruktur, karena itulah kunci keberhasilan pembangunan.

Harapan ini semakin terasa penting karena kita dihadapkan kepada kondisi perekonomian dunia yang tidak menguntungkan. Krisis utang yang dihadapi Amerika Serikat dan negara-negara Eropa akan bisa menarik dunia dalam kelesuan.

Dalam ketidakpastian dunia, maka perekonomian domestik akan menjadi pilar. Memang globalisasi tidak mungkin negara-negara di dunia untuk menutup dirinya. Namun dengan melesunya perekonomian dunia, setiap negara akhirnya harus berpijak kepada kekuatannya sendiri.

Indonesia mempunyai modal kuat untuk bisa tetap tumbuh. Kita bukan hanya memiliki 240 juta rakyat sebagai pasar, tetapi juga memiliki daya beli yang tinggi karena pendapatan per kapita sudah di atas 3.000 dollar AS.

Kita harus memanfaatkan modal itu dengan sebaik-baiknya, agar tidak kemudian diambil oleh negara lain. Kita harus menjadikan modal ini untuk lebih cepat lagi memacu pertumbuhan ekonomi dan menyejahterakan rakyat.

Kekuatan lain yang kita miliki adalah produk yang dihasilkan negara ini selalu dibutuhkan oleh umat manusia. Oleh karena itu, di tengah situasi resesi seperti apa pun, pasti produk-produk dari Indonesia akan dibutuhkan oleh masyarakat dunia.

Hanya saja sekali lagi kita harus pandai-pandai untuk mengelola momentum. Kegagalan untuk menanganinya, maka semua optimisme yang kita miliki akan buyar. Termasuk jika kita gagal untuk mengelola APBN secara benar.

sumber : http://www.metrotvnews.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar